Pemandangan
sangat biasa jika menyaksikan desakan penumpang di kereta, letak strategis
ibukota menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat untuk menatap di Jakarta
yang sudah padat dari dulunya. Dalam keseharian, ribuan pengguna KRL terutama
di gerbong wanita bertumpukan di peron. Entah karna kepentingan pekerjaan,
liburan, dan hal lainnya. Diantara penumpang peron pertama dan terakhir itu,
adalah ibu-ibu dan anak kecil. Sebagian lain remaja, juga wanita karier
lainnya. Berdempetan, berdesakan sudah menjadi rutinitas, jika tidak
berpegangan dengan hati-hati, kecelakaan bisa saja terjadi, penumpang tersebut
bisa saja jatuh dan diinjak-injak penumpang lain.
Jarak antara pintu penumpang dengan
peron-pun bisa dikatakan rawan, penumpang bisa salah langkah dan terperosok
diantara peron. Terlebih bagi ibu-ibu lanjut usia, ibu-ibu yang menggendong
anaknya, dan juga penyandang disabilitas.
Foto diatas diambil di stasiun
Tanjung Barat, 29/04 pukul 11.30 kereta jurusan Jakarta Kota. Siang hari saja,
juga bukan jam kerja, kepadatan sudah membludak seperti ini. Masinis didekat
pintu, sampai mengangkat tangan, mengisyaratkan agar penumpang lain menunggu
kereta selanjutnya. Apalagi pada pagi ataupun sore hari.
Sama halnya juga terjadi pada Kereta jurusan Bogor dan kereta jurusan
Bekasi., jika sore
sangat padat. Begitupun sebaliknya, pagi hari dan siang kereta jurusan Jakarta
Kota atau Tanah Abang yang padat.
Hal
ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi pengguna setia KRL, banyak kejadian
menegangkan yang tak hanya terjadi di stasiun, namun juga saat kereta melaju.
Saat penumpang berbondong mengejar lajur kereta, ramai. Ada diantara mereka
yang tak ‘dengan cepat’ memasuki kereta segera, dan jadilah jari mereka ataupun
satu bagian kaki mereka terjepit dipintu. Entah memang masinis yang terlalu
cepat menutup pintu atau mereka yang lalai. Hal ini tentu saja mengganggu
perjalanan, mengakibatkan keterlambatan, baik itu akan pergi maupun ke
perjalanan pulang.
Berbagai
peringatan tak lengah diumumkan masinis, mereka juga mencetak berbentuk pamflet kecil lalu ditempelkan disemua
gerbong kereta. Namun kejadian ini selalu saja ada, seakan rutinitas. Keributan
juga sering terjadi pada gerbong pertama dan terakhir, gerbong khusus wanita.
Karna kebanyakan isinya wanita, mereka tak mau tau satu sama lain. Tidak
seperti di gerbong laki-laki, ada diantara mereka yang mempersilahkan duduk
ibu-ibu atau perempuan lainnya jika berdiri. Tak semuanya memang, namun
setidaknya mereka menghormati. Tidak dengan gerbong pertama dan terakhir ini,
ada ibu-ibu hamil dan menggendong anak kecil menaiki kereta, sebagian remaja
yang duduk malah tak perduli. Mereka sibuk dengan gadget masing-masing dikursinya tanpa memperdulikan ibu-ibu itu.
Secara tak langsung mereka seolah mengoceh,”udah tau hamil. Masi aja naek
kereta, ga tau diri tuh,” batin mereka. Disisi lain, ada benarnya juga raut
muka dan omongan tak langsung remaja ini, namun bagiamana, keharusan membuat
ibu-ibu itu naik kereta, dalam kata ‘terpaksa’ , siapa yang tau.
Sesekali
terdengar kabar, juga pernah terjadi kecopetan di gerbang wanita. Keharusan
berdempetan dengan pengguna lain, menjadikan peluang tersendiri bagi si-tangan
panjang.
Meskipun
demikian, penumpang KRL dari hari ke hari tak mengalami perubahan sedikitpun, malah
semakin banyak. Dengan alasan macet, menempuh jalan darat dengan angkot atau
bus akan mengakibatkan keterlambatan bagi segala aktivitas mereka. [FHR]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please make your comment, critics, or suggest in below... Thank you for Reading^^