Selasa, 31 Mei 2016

FEATURE (Kejamnya Gerbong Satu)


Pemandangan sangat biasa jika menyaksikan desakan penumpang di kereta, letak strategis ibukota menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat untuk menatap di Jakarta yang sudah padat dari dulunya. Dalam keseharian, ribuan pengguna KRL terutama di gerbong wanita bertumpukan di peron. Entah karna kepentingan pekerjaan, liburan, dan hal lainnya. Diantara penumpang peron pertama dan terakhir itu, adalah ibu-ibu dan anak kecil. Sebagian lain remaja, juga wanita karier lainnya. Berdempetan, berdesakan sudah menjadi rutinitas, jika tidak berpegangan dengan hati-hati, kecelakaan bisa saja terjadi, penumpang tersebut bisa saja jatuh dan diinjak-injak penumpang lain.

Jarak antara pintu penumpang dengan peron-pun bisa dikatakan rawan, penumpang bisa salah langkah dan terperosok diantara peron. Terlebih bagi ibu-ibu lanjut usia, ibu-ibu yang menggendong anaknya, dan juga penyandang disabilitas.


Foto diatas diambil di stasiun Tanjung Barat, 29/04 pukul 11.30 kereta jurusan Jakarta Kota. Siang hari saja, juga bukan jam kerja, kepadatan sudah membludak seperti ini. Masinis didekat pintu, sampai mengangkat tangan, mengisyaratkan agar penumpang lain menunggu kereta selanjutnya. Apalagi pada pagi ataupun sore hari.
Sama halnya juga terjadi pada Kereta jurusan Bogor dan kereta jurusan Bekasi., jika sore sangat padat. Begitupun sebaliknya, pagi hari dan siang kereta jurusan Jakarta Kota atau Tanah Abang yang padat.

Hal ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi pengguna setia KRL, banyak kejadian menegangkan yang tak hanya terjadi di stasiun, namun juga saat kereta melaju. Saat penumpang berbondong mengejar lajur kereta, ramai. Ada diantara mereka yang tak ‘dengan cepat’ memasuki kereta segera, dan jadilah jari mereka ataupun satu bagian kaki mereka terjepit dipintu. Entah memang masinis yang terlalu cepat menutup pintu atau mereka yang lalai. Hal ini tentu saja mengganggu perjalanan, mengakibatkan keterlambatan, baik itu akan pergi maupun ke perjalanan pulang.

Berbagai peringatan tak lengah diumumkan masinis, mereka juga mencetak berbentuk pamflet kecil lalu ditempelkan disemua gerbong kereta. Namun kejadian ini selalu saja ada, seakan rutinitas. Keributan juga sering terjadi pada gerbong pertama dan terakhir, gerbong khusus wanita. Karna kebanyakan isinya wanita, mereka tak mau tau satu sama lain. Tidak seperti di gerbong laki-laki, ada diantara mereka yang mempersilahkan duduk ibu-ibu atau perempuan lainnya jika berdiri. Tak semuanya memang, namun setidaknya mereka menghormati. Tidak dengan gerbong pertama dan terakhir ini, ada ibu-ibu hamil dan menggendong anak kecil menaiki kereta, sebagian remaja yang duduk malah tak perduli. Mereka sibuk dengan gadget masing-masing dikursinya tanpa memperdulikan ibu-ibu itu. Secara tak langsung mereka seolah mengoceh,”udah tau hamil. Masi aja naek kereta, ga tau diri tuh,” batin mereka. Disisi lain, ada benarnya juga raut muka dan omongan tak langsung remaja ini, namun bagiamana, keharusan membuat ibu-ibu itu naik kereta, dalam kata ‘terpaksa’ , siapa yang tau.

Sesekali terdengar kabar, juga pernah terjadi kecopetan di gerbang wanita. Keharusan berdempetan dengan pengguna lain, menjadikan peluang tersendiri bagi si-tangan panjang.

Meskipun demikian, penumpang KRL dari hari ke hari tak mengalami perubahan sedikitpun, malah semakin banyak. Dengan alasan macet, menempuh jalan darat dengan angkot atau bus akan mengakibatkan keterlambatan bagi segala aktivitas mereka. [FHR]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please make your comment, critics, or suggest in below... Thank you for Reading^^